Pilu! Kisah Warsito, Mantan DKP Presiden Bung Karno Yang Kini Berjualan Kopi Keliling

Foto : Warsito

Jakarta, Pesan Rakyat - Suka Duka dalam kehidupan memang pasti terjadi, tidak mengenal agama, nama hingga jabatan. Ya semua itu bisa dikatakan roda kehidupan.

Inilah yang dialami Warsito, seorang mantan Detasemen Pengawal Presiden. Ya di era Bung Karno lah Warsito  menjadi salah satu orang kepercayaan Istana.

Namanya membuat gempar dunia maya, setelah salah satu kanal Youtube Amy Abadi mewawancarainya, terlihat pada video tersebut dirinya menceritakan kisah pilunya. Lelaki yang berusia 85 tahun ini, menjalani profesi sebagai tukang kopi keliling sekedar menyambung hidup untuk mengisi perutnya.

Tidak sampai disitu, kakek yang berasal dari Ambarawa ini tetap hidup mandiri tanpa meminta belas kasih kepada orang lain, termasuk kepada anak anaknya yang sudah lama tidak mengunjunginya.

Warsito bercerita anak anak tinggal tidaklah terlalu jauh

 “Anak anak saya yang tinggal di Bekasi tidak mau (ke rumahnya), dari Bogor juga tidak mau. Ya tidak ada yang ngasih. Tapi saya lebih memilih mencari sendiri lewat sini,” tuturnya.

Tidak hanya sampai disitu kisah kakek mantan Detasemen pengawal Presiden, kini dirinya pun tidak bisa untuk mengambil jatah pensiuannya karena surat surat untuk mengurus telah raib dibawa bencana banjir. “Sudah tidak bisa, surat-suratnya sudah hanyut terbawa banjir di Pademangan tempat tinggal saya,” katanya.

Didalam video yang berdurasi 21 menit ini tampak dirinya berbagi kisahnya yang bisa menjadi seorang pengawal Presiden Soekarno.

Awal kali Warsito mengikuti jejak Suprayono (kakak) yang bekerja di istana,Ketika itu dirinya banyak membantu aktivitas kepresidenan. Bahkan satu waktu dirinya sempat tinggal di kediaman Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Karena mempunyai kemampuan serba bisa, tidak butuh waktu lama bagi Warsito, diangkat menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno berpangkat Polisi. Bahkan di waktu yang bersamaan, dirinya juga mengerjakan keperluan administrasi kantor hingga montir mobil.

“Waktu itu tahun 1954 sampai 1967 kemarin saya bekerja di istana lalu diangkat menjadi polisi ya. Saya bekerja dengan mengawal pribadi Pak Karno. Kalau kemana mana mengawal saya bagian penutup belakang ketika ada mobil nyerobot saya halangi,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, Warsito mencoba menunjukkan sisa bukti surat kelahiran sang anak bernama Guntur. Di surat itu tertulis biodata serta pangkat yang diampu pria ramah ini. Dalam surat yang sudah lusuh itu tertulis nama Warsito, berpangkat Inspektur Satu Satgas Pomad (Polisi Militer Angkatan Darat), dan tertanggal 20 Februari 1966.

Warsito melanjutkan jika dirinya tak ingin membebani orang lain untuk kehidupannya, termasuk kepada sang anak. Ia lebih memilih mengandalkan sepeda tuanya untuk mengais sedikit rezekinya demi bertahan hidup. -Red

Lebih baru Lebih lama